KUMPULAN MAKALAH

GEREJA PENTAKOSTA TABERNAKEL

PASAL 1 PENDAHULUAN Pada awal perkembangan gereja, salah satu pusat PI yang utama adalah Antiokhia. Di sini pertama kali muncul jem...

10 February 2016

Nama                          : Yafedi Gea
Nim                             : 11-612 Th
Mata kuliah               : Liturgika
Dosen mengampu      : Pdt. James Damping, M.Th

PRINSIP-PRINSIP IBADAH DALAM PERJANJIAN LAMA (Imamat 10:10;22;2)

Tanpa ibadah, suatu agama akan kehilangan hakekatnya. Melalui ibadah manusia mengadakan hubungan vertikal dengan yang ilahi dan mewujudkan nilai-nilai rohaninya dalam kehidupan bersama (horisontal). Jadi idealnya, ibadah menjadi ciri dimana manusia hidup dalam relasi yang benar dengan Allah dan dengan sesamanya. Prinsip-perinsip ibadah berbeda-beda, ibadah merupakan indikasi tentang pemahaman yang sempit dan praktek-praktek ibadah yang biasa (ibadah tidak dipahami dan dihayati secara benar dan utuh). ibadah itu sesungguhnya, Alkitab Perjanjian Lama akan menolong kita untuk mengerti dan memaknai ibadah itu secara benar dan utuh.

PENGERTIAN TENTANG IBADAH

Kata ibadah sebenarnya berasal dari kosa kata “äbodah” (bahasa Ibrani) atau ibadah (bahasa Arab) yang secara harafiah berarti bakti. Alkitab ada beberapa kata atau ungkapan yang dipakai untuk ibadah. Kata kerja äbad (Bahasa Ibrani) berarti melayani atau mengabdi (seperti pengabdian/pelayanan yang utuh dari seorang hamba kepada tuannya). Sedangkan kata àbodah (bahasa Ibrani), latria (bahasa Yunani) berarti pelayan atau bisa juga berarti pemujaan dan pemuliaan. Disamping itu kita juga bertemu dengan kata histaaweh (proskuneo ;bahasa Yunani). 

Ibadah Perjanjian Lama. Pada waktu Allah memilih suatu bangsa bagi diri-Nya, Allah juga memberikan cara bagaimana bangsa itu dapat bertemu dengan TUHAN; jadi Dia memberikan ibadah tabernakel di mana Israel dapat menghadap Allah yang mahakudus. Di tempat ini TUHAN akan bertemu dengan Israel (Kel. 25:22; 29:42, 43; 30:6, 36).

Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci” dari pihak umat untuk memuji Tuhan. Badah umum yang sudah demikian berkembang yang dilaksanakan dalam kemah pertemuan dan Bait Suci, berbeda sekali dari ibadah pada zaman yang lebih awal ketika para Bapak leluhur percaya, bahwa Tuhan dapat disembah di tempat mana pun Dia dipilih untuk menyatakan diriNya. Tapi bahwa ibadat umum di bait Suci merupakan realitas rohani, jelas dari fakta bahwa ketika tempat suci itu dibinasakan, dan masyarakat Yahudi terbuang di babel, ibadat tetap merupakan kebutuhan dan untuk memenuhi kebutuhan itu ”diciptakanlah” kebaktian sinagoge, yang terdiri dari:
1. Shema’
2. Doa-doa
3. Pembacaan Kitab Suci
4. Penjelasan
Elemen-elemen ini sangat penting bagi ibadah umum, yang kemudian akan ditentukan detailnya dalam ibadah Yahudi dan Kristen. Selanjutnya Webber mengemukakan ada lima elemen, yaitu:
Pertama, ibadah pangilan Allah. Allah yang memanggil umat-Nya untuk bertemu dengan-Nya. Kedua, Umat Tuhan diatur dalam satu tanggungjawab terstruktur. Artinya ada yang bertanggungjawab. Ketiga, pertemuan antara Allah dan Umat. Keempat, umat setuju dan menerima perjanian dengan syarat-syaratnya yang memberi makna kepada komitmen umat secara subjektif untuk mendengar dan taat kepada Firman Allah. Kelima, puncak hari pertemuan itu ditandai dengan symbol pengesahan, satu materai perjanjian.
Dengan demikian Allah adalah pusat ibadah Perjanjian Lama. Umat Tuhan atau manusia beribadah adalah sebagai respons dalam ucapan syukur kepada karya Allah di dalam hidup manusia. 

KESIMPULAN

Allah sendirilah yang membuat ibadah dimungkinkan ada. Dalam anugerah-Nya, Ia mengundang penyembahan manusia tertuju kepada -Nya. Ibadah selalu berfokus tunggal yaitu ketika Allah bertindak menyatakan kasih-Nya kepada kita dan Ia jugalah yang mendorong tanggapan kita atas semua pernyataan kasih-Nya.
Ibadah adalah jawaban manusia terhadap panggilan Allah, terhadap tindakan-tindakan-Nya yang penuh kuasa yang berpuncak pada tindakan pendamaian dalam Kristus. Ibadah adalah kegiatan puji-pujian dalam penyembahan yang mensyukuri kasih Allah yang merangkul kita dan kebaikan kasih-Nya yang menebus kita dalam Kristus, Tuhan kita.

Ibadah (baca; kebaktian) adalah suatu ‘bakti’ dan persembahan kepada Allah. Persembahan yang dinaikkan bukan sekedar ritus batiniah tetapi persembahan yang juga dihaturkan dari tengah pergumulan kehidupan sesehari yang nyata. Pengudusan manusia oleh Allah dan pemuliaan Allah oleh manusia, keduanya merupakan karakteristik dalam ibadah. Ibadah yang sejati tidak hanya terbatas pada ritual-ritual keagamaan. Atau sebatas misalnya pergi ke gereja, ikut persekutuan ini dan itu. Betul, semua itu adalah ibadah. Namun tidak hanya sebatas itu. Ibadah yang sejati juga menyangkut kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di mana saja. Dan yang menjadi pusat ibadah adalah Allah.

No comments:

Post a Comment