PASAL 1
PENDAHULUAN
Pada awal perkembangan gereja, salah satu
pusat PI yang utama adalah Antiokhia. Di sini pertama kali muncul jemaat yang
terdiri dari orang-orang kafir (Kis. 11:20). Jemaat ini dipakai Tuhan sebagai
alat untuk membawa Injil ke daerah-daerah yang lebih jauh. Utusan jemaat
Antiokhia yang terkenal adalah Paulus. Ia mengabarkan Injil di wilayah Asia
Kecil (sekarang Turki) dan di Yunani (45-57). Pengaruh agama Kristen yang
paling besar adalah Asia Kecil.
Cara pengungkapan iman Kristen pada abad
II menggunakan Didache (= pengajaran). Salah satu tulisan yang terkenal sesudah
zaman para rasul adalah Didache yang ditulis di Siria (tahun 100). Kitab ini
singkat seperti surat Yakobus. Isi kitab Didache adalah pembaca dihadapkan
pilihan jalan kehidupan dan jalan maut. Juga berisi kebiasaan-kebiasaan
berpuasa, berdoa, ibadah khususnya perayaan sakramen-sakramen, dan
tata-gereja). Selain itu terdapat tokoh bernama Bardaisan (tahun 154-222) yang
dahulu seorang bangsawan dari Edessa. Ia sangat terpengaruh oleh astrologi
(ilmu nujum) dari Babilonia kuno yang percaya bahwa bintang-bintang
mempengaruhi kehidupan manusia. Setelah menjadi Kristen, Bardaisan merumuskan
jawabannya dalam bukunya yang berjudul “Takdir”. Walau ia percaya pada pengaruh
bintang, tetapi ia juga menekankan sikap manusia yang menentukan.
Kehidupan Gereja Akhir Abad Pertengahan
Selama abad Pertengahan, gereja menekankan
agar kepercayaan dan kesalehan dihubungkan dengan sakramen. Pola pendekatan ini
dianggap kaku. Sebab kasih karunia Tuhan dapat diperoleh secara otomatis
melalui sakramen, perbuatan-perbuatan amal, bahkan kadang-kadang dengan hanya
membayar uang, tanpa perubahan hati yang sungguh-sungguh. Karena itu ada
beberapa upaya yang menghayati kasih-karunia Tuhan dengan cara mengabdi dan
mencari Tuhan dengan segenap hati. Ada 3 cara yang berkembang, yaitu:
a. Mencari Tuhan dengan jalan mistik (tokohnya: Bernhard dari Clairvaux, Eckhart).
b. Mencari Tuhan dengan mendengarkan firmanNya dan memberi kritik terhadap teologia dan kepercayaan gereja pada waktu itu (benih-benih kritik dari para perintis Reformasi, yaitu: Wyclif dan Yohanes Hus).
c. Kembali kepada suasana gereja lama/perdana dan kritik terhadap teologia dan kepercayaan resmi yang tidak sesuai dengan kehidupan gereja perdana (kaum humanis).
a. Mencari Tuhan dengan jalan mistik (tokohnya: Bernhard dari Clairvaux, Eckhart).
b. Mencari Tuhan dengan mendengarkan firmanNya dan memberi kritik terhadap teologia dan kepercayaan gereja pada waktu itu (benih-benih kritik dari para perintis Reformasi, yaitu: Wyclif dan Yohanes Hus).
c. Kembali kepada suasana gereja lama/perdana dan kritik terhadap teologia dan kepercayaan resmi yang tidak sesuai dengan kehidupan gereja perdana (kaum humanis).
Tetapi yang tampak pada akhir abad
Pertengahan adalah munculnya tokoh-tokoh mistik, yaitu Bernhard dari Clairvaux
(1150) dan Eckhard (1300). Mereka mengajarkan agar manusia dapat mengalami dan
merasai Allah secara langsung. Pengalaman ini bukanlah soal akal, tetapi dalam
persekutuan mistis dengan Dia sehingga keakuan manusia hilang tenggelam di
dalam ke-Allah-an. Dasar pemikiran mistis, karena jiwa manusia bersifat ilahi
dan kembali ke asalnya. Tetapi perlu ditegaskan, bahwa para mistikus Kristen
pada umumnya tetap mempertahankan perbedaan antara Khalik dengan manusia
sebagai mahluk. Bernhard sangat terkesan dengan kemanusian dan kelemahan
Kristus. Karena itu ia mengajarkan bahwa jiwa manusia akan mencapai kesatuan
dengan Kristus melalui 3 tahap, yaitu: a). Bila melihat Kristus, jiwa itu akan
menyesali dosa dan bertobat, b). jiwa itu memikirkan dan mencoba meneladani
kasih Kristus yang tampak dalam penderitaanNya, c). jiwa itu dilimpahi dengan
kasih Kristus dan dinyalakan oleh api kasihNya. Sedangkan Eckhard lebih berani
berbicara tentang kemungkinan persatuan jiwa dengan Allah. Pada tingkat
kesadaran dan persatuan yang tertinggi, manusia dapat begitu dekat dengan Allah
sehingga tidak dapat dibedakan lagi denganNya.
Di samping itu telah berkembang para
perintis Reformasi, yaitu Wyclif dan Yohanes Hus. Menurut para perintis
reformasi ini, Alkitab harus merupakan pusat perhatian dari Gereja, karena itu
Wyclif (1350) menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Mereka juga
mengecam kekayaan yang ditumpuk oleh gereja dan kekuasaan kaum klerus atas kaum
awam, serta menolak ajaran transubtansiasi.
Sedang kaum humanis yang ingin kembali ke
suasana gereja perdana, salah seorang tokohnya adalah Erasmus (1500). Aliran
humanisme sudah muncul sejak abad XIV. Mereka menginginkan agar orang-orang
Kristen mencari kebaikan bukan dengan berbagai macam upacara dan latihan
lahiriah; melainkan dengan mempelajari Alkitab dan mengikuti teladan Kristus
dengan kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama manusia. Karena itu kaum
humanisme menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, dan menghidupkan
kembali studi bahasa asli Perjanjian Lama yaitu bahasa Ibrani.
Martin Luther
Reformasi
gereja lahir dan berkembang di dalam lingkungan gereja dan masyarakat Eropa
Barat. Khususnya reformasi tersebut dicetuskan melalui hasil pergumulan seorang
rahib Jerman yaitu Martin Luther. Waktu itu cita-cita tentang persatuan semua
orang Kristen di bawah pimpinan Paus telah pudar. Martin Luther lahir tanggal
10 Nopember 1483 dan dibesarkan dalam suatu keluarga yang setia kepada gereja
Roma Katolik. Umur 21 tahun, Luther memutuskan studinya dan menjadi seorang
rahib. Pada tahun 1505 ia masuk biara yang paling keras aturannya, yaitu biara
ordo Agustin. Tahun 1507 ia ditahbiskan menjadi seorang Imam. Tahun 1510 ia
dikirim ke Roma untuk mengurus perkara bagi ordo Agustin. Setelah itu dua tahun
kemudian dia memperoleh gelar doctor dalam bidang Alkitab. Luther seorang rahib
yang sangat serius, tetapi ia gelisah soal keselamatannya: “bagaimanakah aku
bisa mendapat rahmat Allah”. Sekitar tahun 1514, Luther menemukan jalan keluar
dari kesusahannya itu yaitu ketika ia membaca Rom. 1:16-17. Saat itu ia merasa
firman Tuhan yang dibacanya itu membebaskan seluruh bebannya. Ia menemukan
pencerahan, bahwa manusia hanya dapat beriman, bahwa Allah tidak menuntut
tetapi Ia memberi anugerah.
Karena itu yang menyebabkan timbulnya
pembaharuan (reformasi) gereja adalah perbedaan antara teologia dan praktek
gereja dengan ajaran Alkitab sebagaimana yang diketemukan oleh Luther. Tetapi
pemicu reformasi gereja adalah gereja melakukan penjualan surat-surat
penghapusan dosa. Di Jerman, banyak imam yang menjual surat-surat penghapusan
dosa, salah satu yang terkenal adalah John Tetzel. Untuk itu Luther menentang
dan menerbitkan 95 dalilnya yang di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31
Oktober 1517. Ia menegaskan, bahwa: “Bukan sakramen, tetapi imanlah yang
menyelamatkan”
Pada tahun 1519 Luther menyatakan bahwa
Paus dapat keliru, dan juga keputusan konsili-konsili dapat salah. Dengan
demikian seluruh tradisi gereja yaitu anggapan dan kebiasaan-kebiasaannya
tidaklah mutlak sehingga harus diletakkan di bawah Alkitab. Selain itu Luther
menegaskan bahwa Paus dan kaum rohaniawan tidak boleh berkuasa atas kaum awam,
sebab setiap orang Kristen adalah imam dan ikut bertanggungjawab dalam gereja.
Karena itu berkhotbah dan bercocok tanam sama tingkatannya. Hal sakramen,
Luther menegaskan bahwa hanya sakramen baptisan dan perjamuan kudus yang
memiliki dasar Alkitabiah. Tetapi sakramen tidak dianggap sebagai saluran
anugerah ke dalam diri kita. Sakramen hanyalah tanda dari apa yang dinyatakan
oleh Firman itu. Akibatnya gereja Roma dan Negara Jerman mengutuk dan
mengucilkan Luther, tetapi raja Frederich tetap melindungi Luther. Tahun 1520
keluarlah bulla (surat resmi) dari Paus yang intinya meminta agar Luther
menarik ajarannya jika ia tidak mau dikenai hukum gereja. Justru kemudian
Luther melawan bulla dari Paus itu. Luther menyampaikan pembelaannya di hadapan
kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521. Kemudian keluarlah edik Worms
yang menyatakan bahwa Luther bersama pengikutnya dikucilkan dari masyarakat
dengan “kutuk kekaisaran”. Tetapi ia diselamatkan oleh raja Frederich yang
Bijaksana dan disembunyikan di puri Wartburg untuk sementara waktu. Dalam
persembunyiannya, Luther menterjemahkan PB ke dalam bahasa Jerman, dan membuat
berbagai tulisan untuk perbaikan gereja, yang mana ia menegaskan bahwa Misa
tidak harus dilayani dengan bahasa Latin tetapi dengan bahasa setempat
Yohanes Calvin
Yohanes Calvin (1509-1564)
berlatar-belakang seorang sarjana hukum Perancis yang berminat dengan ilmu
teologia. Setelah ia menjadi pengikut Luther, ia diusir dari tanah airnya dan
menjadi Pendeta di kota Jenewa (Swiss). Tahun 1533, ia mengalami Allah telah
menaklukkannya sehingga rela menjadi pelayannya. Tahun 1536, ketika ia masih
berumur 26 tahun Calvin telah berhasil menyelesaikan kitabnya yang berjudul
Institutio, yaitu pengajaran tentang iman Kristen. Calvin setuju dengan ajaran
pembenaran karena iman, tetapi lebih dari pada itu ia menekankan penyucian atau
kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang Kristen yang bersyukur karena
Allah telah menyelamatkannya. Karena itu Calvin menegaskan agar jemaat hidup
kudus. Jikalau jemaat melanggar kehidupan kudus tersebut, maka ia akan dikenai
disiplin gereja. Untuk itu Negara dan pemerintah Jenewa ikut mengawasi
kehidupan para anggota masyarakat. Tetapi Calvin menegaskan bahwa antara gereja
dan Negara tidak berada lebih tinggi, tetapi keduanya berdampingan untuk
melaksanakan kehendak Allah. Setelah itu Calvin diangkat menjadi Pendeta di
kota Strrasburg. Di kota tersebut Calvin menciptakan suatu tata ibadah yang
baru. Tata ibadah yang disusun Calvin masih tetap dipakai dalam kebanyakan
gereja di Indonesia. Sikap Calvin terhadap warisan gereja Roma Katolik sangat
keras. Ia melarang segala hal yang berhubungan dengan suasana gereja Katolik
(lilin, pakaian khusus bagi pendeta, altar, patung-patung, bahkan salib-salib
ditolak). Sejak tahun 1541 sampai meninggalnya pada tahun 1654, Calvin tinggal
lagi di Jenewa. Selama itu ia melanjutkan usahanya untuk mengatur kehidupan
jemaat: menyusun Tata Gereja yang baru, berjuang menentang segala sesuatu yang
tidak sopan dalam jemaat agar nama Allah dihormati dalam seluruh kehidupan
kota. Dalam tulisannya yang berjudul: Undang-Undang Gerejani, Calvin
mengajarkan tentang jabatan Penatua dan Diaken (Syamas). Dengan pola jabatan
gereja tersebut, maka Calvin telah menghapuskan batas antara klerus dengan
awam. Sistem pemerintahan gereja inilah yang dikenal dengan sistem
presbiterial. Pengaruh Calvin sangat besar di seluruh Eropa. Tahun 1539
didirikan universitas Jenewa yang menjadi tempat latihan bagi ratusan pendeta
dari berbagai negeri. Sehingga kemudian lahirlah gereja-gereja “Calvinis” di berbagai
tempat di dunia ini.
PASAL 2
MASUKNYA AGAMA KRISTEN DI INDONESIA
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat
di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan
raja-raja.Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik
oleh bangsa
Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat Indonesia mengadakan perlawanan
karena sifat-sifat dan niat-niat jahat bangsa Eropa mulai terkuak dan diketahui
oleh bangsa Indonesia.Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia
disebabkan orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli perdagangan dan berusaha
mencampuri urusan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Adapun perlawanan-perlawanan tersebut antara lain:
Perlawanan di Aceh terhadap Portugis, Ternate melawan Portugis, Perlawanan Mataram
(Perlawanan Sultan Agung) terhadap Belanda, Banten melawan VOC, Makassar melawan VOC,Perlawanan Diponegoro
(1825–1830) terhadap Belanda, Perang Padri (1821–1837)
Perkembangan Agama Kristen di
Indonesia
Sejak abad ke-15 Paus di Roma memberi
tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama
Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik untuk menyebarkan ajaran agama
Kristen Protestan dengan mengirimkan para zending di negeri-negeri jajahannya.
Misionaris Portugis di
Indonesia
Pada abad ke-16 kegiatan misionaris sangat
aktif menyampaikan kabar Injil ke seluruh penjuru dunia dengan menumpang kapal
pedagang Portugis dan Spanyol. Salah seorang misionaris yang bertugas di
Indonesia terutama Maluku adalah Fransiscus Xaverius (1506–1552). Ia seorang
Portugis yang membela rakyat yang tertindas oleh jajahan bangsa Portugis. Di
kalangan pribumi ia dikenal kejujuran dan keikhlasannya membantu kesulitan
rakyat. Ia menyebarkan ajaran agama Katholik dengan berkeliling ke
kampung-kampung sambil membawa lonceng di tangan untuk mengumpulkan anak-anak
dan orang dewasa untuk diajarkan agama Katholik.
Kegiatan misionaris Portugis tersebut
berlangsung di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, P ulau
Siau, dan Sangir, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.
Penyebaran agama Katholik di Maluku
menjadi tersendat setelah terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian
rakyat terhadap semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan
Belanda, kegiatan misionaris surut dan diganti kegiatan zending Belanda yang
menyebarkan agama Kristen Protestan.
Zending Belanda di Indonesia
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda
mengalami perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara
diganti dengan agama Kristen Protestan. Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan
ibadah agama Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di
tanah-tanah jajahannya.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat
kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama
Kristen Protestan dengan semboyan “siapa punya negara, dia punya agama”,
kemudian VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk masuk agama Kristen
Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya
menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para pendeta
dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan VOC. Hal
tersebut ternyata sangat menurunkan citra para zending di mata rakyat, karena
VOC tidak disukai rakyat.
Tokoh zending di Indonesia antara lain
Ludwig Ingwer Nommensen, Sebastian Danckaerts, Adriaan Hulsebos, dan Hernius.
Kegiatan zending di Indonesia meliputi menyebarkan
agama Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli, dan kota-kota
besar di Jawa dan Sumatra., mendirikan Nederlands Zendeling Genootschap (NZG),
yaitu perkumpulan pemberi kabar Injil Belanda yang berusaha menyebarkan agama
Kristen Protestan, mendirikan wadah gereja bagi jemaat di Indonesia seperti
Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Kristen Jawa (GKJ), Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP), dan mendirikan sekolah-sekolah
yang menitikberatkan pada penyebaran agama Kristen Protestan.
Persebaran Agama Nasrani di
Indonesia pada Masa Kolonial
Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris
Katholik terdesak oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di
Flores dan Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Kristen
Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris menyebarkan kembali agama
Katholik terutama ke daerah-daerah
yang belum terjangkau agama-agama lain.
Penyebaran agama Kristen Protestan di
Maluku menjadi giat setelah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6
September 1935. Organisasi GPM menampung penganut Kristen Protestan di seluruh
Maluku dan Papua bagian selatan. Penyebaran agama Kristen menjangkau Sulawesi
Utara di Manado, Tomohon, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa,
Luwu, Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor, Pulau
Ende, Larantuka, Lewonama, dan Flores. Adapun persebaran agama Katholik di Jawa
semula hanya berlangsung di Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Namun, kemudian
menyebar ke wilayah barat, seperti Batavia, Semarang, dan Jogjakarta.
Agama Kristen Protestan di Jawa Timur
berkembang di Mojowarno, Ngoro dekat Jombang. Di Jawa Tengah meliputi Magelang,
Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga, Purworejo, Purbalingga, dan
Banyumas. Di Jawa Barat pusat penyebaran agama Kristen terdapat di Bogor,
Sukabumi, dan Lembang (Bandung). Di Sumatra Utara masyarakat Batak yang
menganut agama Kristen berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir,
Sibolga, Buluh Hawar di Karo, Kabanjahe, Sirombu, dan kepulauan Nias. Kegiatan
agama Kristen pada masyarakat Batak dipusatkan pada organisasi HKBP. Adapun di
Kalimantan Selatan agama Kristen berkembang di Barito dan Kuala Kapuas. Di
Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di Pontianak. Di Kalimantan Timur
banyak terdapat di Samarinda, Kalimantan Tengah di pemukiman masyarakat Dayak
desa Perak dan Kapuas Kahayan.
Faktor-faktor penyebab sulitnya
perkembangan agama Kristen di Indonesia pada waktu itu adalah : Pada waktu itu agama Kristen dianggap identik dengan agama
penjajah,Pemerintah kolonial tidak
menghargai prinsip persamaan derajat manusia, Sebagian besar rakyat Indonesia telah
menganut agama lain.
PASAL 3
GEREJA PANTEKOSTA TABERNAKEL
Pada suatu hari di tahun 1935 seorang
hamba Tuhan berkebangsaan Belanda bernama F.G.Van Gessel membaca Alkitabnya.
Beliau baru saja pulang dari Pacet, daerah pegunungan di Jawa Timur. Di sana
beliau bergumul dalam doa puasa bersama hamba-hamba Tuhan lainnya selama tiga
hari.
Ketika membaca Yohanes 1:14
beliau menerima wahyu Tuhan. Tidak seperti biasanya ayat itu dibaca sebagai:
"Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita".
Beliau membacanya seperti yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kata "berdiam"
diganti dengan kata "tabernakel". Jadi ayat itu menjadi
"Firman itu menjadi daging dan bertabernakel di antara kita".
Pengertian tentang istilah asli Yunani
"skenoo" dan latar belakang pelajaran tabernakel memberikan beliau
pengertian yang lebih luas tentang ayat tersebut. Hal ini membuat beliau
berkeinginan untuk mengadakan pelayanan yang berpusat pada pengajaran
Tabernakel. Ini merupakan cetusan pelayanan yang kemudian dinamakan Kabar
Mempelai Internasional.
Tak terbayangkan bahwa F.G.Van Gessel akan
dipakai Tuhan untuk melahirkan suatu pelayanan dalam gereja di Indonesia yang
kemudian hari berkembang mencapai negara-negara lain di dunia.
F.G.Van Gessel lahir di Blitar, Jawa Timur
pada 9 Desember 1892. Memulaikan kehidupannya sebagai pekerja di perusahaan
minyak yang dikelola pemerintah Belanda. Tetapi pada tahun 1923 beliau berhenti
dari kedudukannya yang tinggi di perusahaan itu untuk memenuhi panggilan Tuhan
dalam suatu penglihatan tentang Anak Domba Allah, Yesus sebagai Mempelai Pria
Surga. Ketika itu beliau membaca kitab Wahyu 19:7 dan Wahyu 21:9-10.
Penglihatan itu diterima sebagai panggilan untuk melayani Tuhan.
Pelayanan 2 orang pengajar injil Amerika
yang berasal dari Belanda, Cornelius Groesbeck dan Richard Van Klaveren, serta
pengalaman istri beliau dalam baptisan Roh Kudus memegang peranan penting dalam
pembaharuan kehidupan rohaninya.
Penglihatan beliau tentang Mempelai Pria
Surga membangkitkan gairah yang besar terhadap Allah dan PengajaranNya. Hal
inilah yang mendorong beliau bersama sekelompok hamba-hamba Tuhan Indonesia
pergi ke desa Pacet di pegunungan Jawa Timur di mana mereka berdoa dan berpuasa
selama 3 hari berturut-turut.
Pengertian beliau tentang Yohanes 1:14
sesuah doa dan puasa di Pacet menjadi pusat pengajaran Tabernakel dan Kabar
Mempelai. Sejak itu beliau menerima pembukaan demi pembukaan rahasia Firman
Allah. Ayat itu dipegangnya sebagai janji Allah bahwa pengajaran-pengajaran
yang beliau terima dari Tuhan akan makin melimpah dengan berjalannya waktu.
Tahun-tahun berikutnya Van Gessel
berkobar-kobar dengan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini. Beliau
mendirikan gereja dan sekolah Alkitab di Surabaya. Pengajaran ini menyebar
cepat ke propinsi lain di Indonesia. Di antara murid beliau di sekolah Alkitab
terdapat seorang suku Jawa bernama In Juwono. Di kemudian hari beliau menjadi
hamba Tuhan yang terkenal dalam Kabar Mempelai Internasional di Indonesia.
Pdt. Van Gessel meninggal pada umur 66
tahun (21 Juni 1958) di Hollandia, Niew Guinea (sekarang dinamakan Jayapura,
Irian Jaya). Beliau meninggal setelah selesai menyusun semua buku dalam Alkitab
menurut susunan dan pengajaran Tabernakel. Apa yang beliau kerjakan terbukti
menjadi suatu karya yang penting karena telah menjadi rangka dasar dari
penjelasan pada Alkitab. Ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang pesat di
setiap tempat pengajaran itu diajarkan di kepulauan Indonesia yang luas ini.
Sepuluh hari sebelum meninggal Pdt.Van
Gessel mewariskan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini kepada menantu
laki-lakinya, Pdt. Carl J.Totaijs yang dengan setia melayani bersama beliau
dalam menyebarkan pengajaran ini di Niew Guinea. Tepat seperti dijanjikan
Allah, pembukaan firman Allah yang beliau terima menyebar tidak hanya di
Indonesia tapi juga di bagian lain di dunia. Bapak Totaijs terus menyebarkan
pengajaran ini di Belanda yang menjadi pusat pelayanan internasional. Tugas
penyebaran kedua pengajaran tersebut di Indonesia dibebankan terutama kepada
Pdt. In Juwono dan hamba-hamba Tuhan lainnya.
Pada tahun 1969 Pdt. Totaijs dan Pdt. In
Juwono bergabung dan bekerja sama dalam memajukan Kabar Mempelai. Pdt.Totaijs
bersama istrinya, anak tertua Pdt. Van Gessel, ke Surabaya mengunjungi Pdt. In
Juwono dan sidang jemaatnya. Mereka memperbaharui ikatan persekutuan dan kerja
sama dalam memproklamasikan pengajaran yang diterimanya dari guru mereka,
Pdt.Van Gessel. Dengan dukungan beberapa hamba Tuhan di Indonesia dan Belanda
pelayanan Kabar Mempelai terus disebarkan. Sampai hari ini 15 dari 27 propinsi
di Indonesia telah dijangkau pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai. Dari
Belanda berita ini telah mencapai beberapa negara di Eropa, Afrika, Amerika dan
Asia.
Tahun 1982 merupakan salah satu tonggak
sejarah pelayanan Kabar Mempelai. Untuk pertama kalinya pengajaran ini menyebar
menyeberangi perbatasan Indonesia. Dari tempat asalnya di Jawa Timur menuju
Manila, Filipina, tempat diadakannya kebangunan rohani besar-besaran. Kebaktian
itu diadakan di Rizal Memorial Stadium dan menarik banyak hamba Tuhan dan
anggota gereja dari daerah Metro Manila. Pada kebangunan rohani ini Kabar
Mempelai diproklamasikan secara resmi dengan nama Kabar Mempelai Internasional.
Di bawah pimpinan Pdt. In Juwono, 425
anggota sidang di Surabaya pergi ke Manila. Mereka disambut hangat oleh
pemimpin-pemimpin gereja dari Metro Manila. Peserta lainnya adalah para anggota
sidang dari Holland serta Bimas Kristen Protestan dari 5 propinsi di Indonesia.
Keikutsertaan secara resmi pemerintah Indonesia merupakan ungkapan pengakuan
konkrit tentang pelayanan Kabar Mempelai bagi masyarakat Indonesia. Pengajaran
yang kuat mengenai pernikahan misalnya, memulihkan banyak keluarga berantakan
di Indonesia.
Kebangunan rohani BTI (Bride Tidings
International) di Manila sangat berarti dalam beberapa hal. Kebangunan rohani
ini mendapat dukungan tambahan dalam pelayanan ketika hamba Tuhan berkebangsaan
Filipina bertindak sebagai penerjemah dalam kebangunan ini. Beliau dan istrinya
mengalami pengalaman luar biasa ketika mempelajari pengajaran Tabernakel dan
Kabar Mempelai di bawah pimpinan Pdt. In Juwono sendiri di Surabaya. Beliau
merupakan pilihan yang tepat untuk menerjemahkan Firman Tuhan yang disampaikan
oleh Pdt. In Juwono selama kebangunan rohani di Manila. Hanya oleh keberanian
dan hikmat dari Allah, Pdt. Nene Ramientos dapat menerjemahkan Firman Allah
kepada orang-orang Manila di kebaktian itu, meskipun beliau hanya belajar
bahasa Indonesia selama 3 bulan. Sejak itu Pdt. Nene Ramientos dan istrinya
bertindak sebagai utusan pengabar injil BTI untuk dunia. Sebelumnya mereka
bekerja sebagai utusan pengabar injil BTI di USA selama 7 tahun.
Dalam pelayanan Kabar Mempelai
Internasional ada tiga serangkai, yaitu: Pdt. Totaijs, Pdt. In Juwono dan Pdt.
Nene Ramientos, masing-masing didampingi istrinya. Tetapi pada tanggal 12 Mei
1989, Pdt. In Juwono dipanggil Tuhan. Beliau berada pada puncak pelayanannya
sebagai ketua BTI Indonesia dan dalam pelayanan internasional secara intensif.
Tidak tampak adanya tanda-tanda sakit. Kecuali sekitar dua jam sebelumnya
beliau merasakan sakit di bagian dalam. Saat itu juga beliau menyatakan
kasihnya yang sangat mendalam kepada Tuhan.
Bagi keluarga BTI, Pdt. In Juwono bagaikan
Rasul Paulus yang mengatakan "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku
bekerja memberi buah."
Buah-buah pekerjaan beliau antara lain
Kebangunan Rohani Kabar Mempelai di Medan, Sumatera Utara tahun 1987 dan
Konferensi BTI pertama di Surabaya pada tanggal 23-30 Oktober 1988 yang
dihadiri oleh lebih dari 1000 gembala dan penginjil dari Indonesia dan 23
negara lainnya. Saat mempersiapkan konferensi BTI ke 2 yang dijadwalkan di
Medan, Sumatera Utara pada bulan November 1989 beliau dipanggil Tuhan dengan
damai.
Tanpa beliau sebagai pemimpin BTI
Indonesia, persiapan-persiapan untuk BTIC (Bride Tidings International
Conference) ke 2 hampir-hampir tidak dapat berjalan. Tampaknya iblis menunggu
kesempatan. Dengan berpulangnya hamba Tuhan yang adalah ujung tombak BTI
Indonesia itu masalah-masalah datang bagai air bah yang siap menelan semua
persiapan BTIC itu. Namun penglihatan yang diterima Pdt.Van Gessel tentang
pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai tidak sia-sia. Beliau juga melihat
bahwa proklamasi dua pengajaran ini akan mencapai ujung dunia dan BTIC ke 2
merupakan mata rantai yang penting.
Setan menyerang dengan gencar tapi Allah
mengangkat seorang hamba Tuhan dari Manado yang bernama Pdt. Pong Dongalemba.
Beliau menggantikan kedudukan ketua BTI dan menjadi pembicara utama pengajaran
Tabernakel di konferensi itu. Beliau diteguhkan dengan khotbah Pdt. Paulus
Jedidjah dari Ujung Pandang pada kebaktian petang hari di konferensi.
Tampaknya BTIC ke 2 menghadapi
masalah-masalah berat. Karena konferensi hamba-hamba Tuhan di Baguio, Filipina
telah dijadwalkan tepatnya 10 hari sesudah Bapak in Juwono meninggal. Tidak
perlu diragukan bahwa keluarga BTI sangat kehilangan pemimpin mereka, tetapi
tidak ada waktu untuk menoleh ke belakang. Iman mereka teguh kepada Tuhan yang
menganugerahkan pembukaan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai pada Pdt.
Van Gessel yang kemudian diteruskan oleh Pdt. In Juwono tanpa kenal lelah
sampai akhir hidupnya.
Ibu Annie, pendamping setia Pdt. In
Juwono, sekalipun masih diliputi rasa duka bergabung dengan keluarga BTI
mengikuti konferensi di Baguio. Bersama Bapak Pdt. Carl J.Totaijs yang memimpin
BTI Belanda serta Dr. Nene Ramientos dan istri sebagai utusan BTI di Amerika,
tim BTI Indonesia ke Baguio City untuk memenuhi misi memberitakan Kabar
Mempelai kepada lebih dari 400 hamba-hamba Tuhan dan penginjil dari gereja
penginjilan Methodist Filipina yang datang dari seluruh negara itu. Ini
peristiwa bersejarah sebab merupakan pertama kalinya hamba-hamba Tuhan
Methodist di Filipina mendengarkan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai.
Firman Allah disampaikan oleh hamba Tuhan yang ditetapkan yaitu Bapak Pdt.
Totaijs, Rev. Dr. Nene Ramientos, Bapak Pdt. Pong Dongalemba dan Bapak Pdt.
Paulus Jedidjah.
Panitia lokal konferensi Baguio memandang
peristiwa ini sebagai hari yang menyenangkan dalam kalender mereka. Pertama
kali dalam sejarah gereja mereka di mana grup asing seperti BTI mengambil alih
seluruh pemberitaan Firman Tuhan pada konferensi nasional yang diadakan 4 tahun
sekali.
BTIC ke 2 berjalan sesuai jadwal yaitu
tanggal 7 - 17 November 1989 di Surabaya, bukan di Medan. Pimpinan BTI
memandang pemindahan tempat penyelenggaraan BTIC ke 2 ini sebagai peringatan
positif dari Allah. Sepertinya Allah menghendaki Surabaya sebagai tempat permanen
bagi penyelenggaraan BTIC. Tempat pelayanan 2 hamba Tuhan yang dipilih Allah
yaitu Pdt.Van Gessel dan Pdt.In Juwono. Hal ini diteguhkan oleh Bapak Totaijs
sebagai pembicara utama Kabar Mempelai di kebaktian penutupan. Surabaya
merupakan tempat permanen penyelenggaraan BTIC.
Sementara itu BTI Indonesia giat
mengembangkan pengabaran Mempelai di bagian timur, BTI Belanda di belahan
barat. Dari Amsterdam dan Den Haag, Bapak Totaijs memimpin tim BTI ke
negara-negara Afrika, Amerika Selatan dan India. Mereka menyelenggarakan
seminar dengan para gembala dan penginjil. Salah satu hasilnya adalah sebuah
Sekolah Alkitab di India. Beberapa hamba Tuhan di Belanda juga menyelenggarakan
kebaktian di negara-negara Eropa lainnya.
Pelayanan-pelayanan keluar itu menyebabkan
terwujudnya kongres di kota Noordwijkerhout, 30 Km dari Amsterdam. Kongres yang
didukung BTI Belanda ini dihadiri oleh hamba-hamba Tuhan dari beberapa negara.
Setelah kongres ini pelayanan-pelayanan
lainnya semakin berlanjut. Tiga tahun sebelumnya, 200 hamba-hamba Tuhan
mendengar pengajaran Mempelai di gereja BTI di Amsterdam. Mereka merupakan
sebagian dari 4000 peserta konferensi internasional para penginjil keliling
yang diadakan di kota itu. Mereka juga sangat terkesan dan mendapat berkat dari
kesaksian Dr. Nene Ramientos yang pelayanannya telah diperkaya dengan
pengajaran Mempelai setelah 30 tahun dalam pelayanan lain. Dr. Nene Ramientos
mengundang beberapa peserta konferensi itu untuk datang ke gereja Bapak Pdt.
Totaijs. Beberapa dari mereka merupakan teman-teman beliau yang mengenalnya
sebagai pemimpin gereja di Filipina yang mempunyai banyak hubungan dengan
negara-negara di dunia. Selain dari pelayanan beliau di Amerika dan di
Filipina, beliau ikut serta seminar-seminar BTI yang dipimpin oleh Bapak
Totaijs dan Bapak Dongalemba masing-masing dengan istri mereka ke beberapa
negara di dunia. Bapak Ramientos dan istri juga mendapat undangan untuk
mengunjungi Israel, Eropa dan Rusia.
Di dalam wadah BTI Indonesia terdapat
seorang hamba Tuhan yang telah banyak pengalaman dalam pelayanan Kabar
Mempelai, beliau adalah Bapak Pdt. Pong Dongalemba yang menjadi gembala dua
sidang jemaat yang menjadi pusat pelayanan BTI Indonesia. Beliau merupakan anak
didik dari Bapak Pdt. In Juwono.
Beliau berketetapan meneruskan mandat dari
Tuhan ketika membaca Matius 24:27 "Sebab sama seperti kilat memancar dari
sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat demikian pulahlah kelak
kedatangan anak manusia". Beliau melihat ayat ini sebagai perintah Allah
untuk mengabarkan berita kedatangan Yesus yang kedua kalinya, mulai dari timur
yaitu Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand,
Filipina yang beliau harapkan dapat bersekutu dalam pelayanan menuju ke barat
sampai ke Yerusalem.
Urutan perjalanan ini merupakan rangkaian
akhir perintah agung Allah untuk memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia.
Mulai dari Yerusalem. Sekarang tiba saatnya putaran itu kembali ke Yerusalem.
Sekalipun sampai detik ini bangsa Yahudi masih menjadi seteru Injil, mereka yang
sedang menunggu Mesias akan menerima pengajaran Mempelai berita pembangunan
Tubuh Kristus.
Sejarah pengajaran Mempelai masih dalam
perjalanannya bergerak menuju ke seluruh penjuru dunia. Pelayanan Kabar
Mempelai ini menyingkapkan sejarah Mempelai Laki-Laki dan Mempelai PerempuanNya
yang diwahyukan kepada hambaNya, F.G.Van Gessel lebih dari 60 tahun yang lalu.
Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus
Kasih Malang mulai dibangun pada tahun 1993 dan ditahbiskan pada tanggal 21
Desember 1996. Gedung Gereja ini dirintis oleh Pdt. Yona Magawe alm. yang
kemudian dilanjutkan oleh Pdt. Widjaja Hendra yang sampai saat ini
menggembalakan jemaat disana. GPT Kristus Kasih berlokasi di Jalan Simpang
Borobudur 27 Malang.
No comments:
Post a Comment