KUMPULAN MAKALAH

GEREJA PENTAKOSTA TABERNAKEL

PASAL 1 PENDAHULUAN Pada awal perkembangan gereja, salah satu pusat PI yang utama adalah Antiokhia. Di sini pertama kali muncul jem...

09 February 2016


http://supermarketing.blogspot.com
PASAL 1

PENDAHULUAN

Pengaruh teologi kontemporer sangat terasa di Indonesia. Sebagai contoh semanusiar tahun 1980-an karena banyak ajaran yang tidak mendasari Almanusiab, lebih mementingkan pikiran masih-masih (filsafat). Sehingga terjadi pada masa kini mengajarkan bahwa manusiab Ayub bukanlah Firman Allah. Kemudian semanusiar  tahun 1997, memberi ceramah dengan tema: Yesus Historis dan Yesus Kepercayaan. Ia mengatakan antara lain bahwa Yesus yang historis (orang Nazaret) tidak ada dalam manusiab-manusiab Injil. Yesus yang dicatat dalam manusiab-manusiab Injil adalah Yesus kepercayaan, yaitu menurut konsep jemaat Kristen mula-mula. Sesungguhnya, teologi kontemporer sudah ratusan tahun merusak iman Kristen yang benar, termasuk para intelektual Kristen. Itulah sebabnya, sebagai umat yang mengakui Almanusiab sebagai Firman Allah (evangelical), sangat penting mendalami latar belakang sejarah teologi kontemporer, dasar dan ciri khas pemikirannya, aliran dan garis besar pemikiran teologi kontemporer. Dengan memahami pokok-pokok ini, sehingga memperoleh masukan untuk merumuskan tanggapan yang Almanusiabiah sekaligus sebagai usaha membentengi warga jemaat.
Dalam makalah ini penulis membahas oleh karena itu dalam penulisan karya ilmiah ini menyadari banyak hal kekurangan baik segi pengetikan dan bahasa maupun dari segi isinya. Oleh sebab itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan sasaran yang membangun agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
PASAL 2
PENGERTIAN TEOLOGI KONTEMPORER

Teologi kontemporer atau yang disebut juga dengan Teologi Modern adalah teologi Historis-Kritis, yaitu teologi yang di dasarkan pada keraguan/kecurigaan terhadap Almanusiab. Almanusiab tidak lagi diterima sebagai wahyu Allah/kebenaran yang diilhamkan, tetapi sebagaimana layaknya buku kuno yang harus dibuktikan kebenarannya, baik dari sisi sejarahnya maupun berita yang disampaikan di dalamnya. Dengan demikian Almanusiab tidak diterima lagi sebagai satu-satunya sumber teologi dan menjadikan Filsafat sebagai sumber kedua yang pada akhirnya menggeser secara penuh kedudukan Almanusiab. Karena Teologi ini tidak berdasar pada Allah dan Firman-Nya, maka melahirkan pemahaman teologi yang berbeda-beda antara satu teolog dengan teolog lainnya. Dengan demikian dapat manusia katakan bahwa teologi kontemporer adalah bukan teologi Kristen karena telah menyimpang dari azas-azas teologi Kristen. Teologi Kristen adalah teologi yang azas utamanya ialah Allah dan Firman-Nya (Almanusiab). Sementara itu lecture teologi kontemporer telah berpindah azas kepada manusia (humanisme) dan Filsafat masa pencerahan atau juga ilmu pengetahuan sosial. Jelas bahwa teologi Kontemporer bukanlah teologi Kristen bahkan pantas juga jika manusiasebut “Bukan Teologi”. Bidat Kristen/antikristus,
pendapat dengan Eta Linnemanmengatakan:
 bahwa teologi Kontemporer adalah bidat Kristen, sebab memang memenuhi syarat untuk disebut sebagai bidat, diantaranya adalah Memberitakan kebenaran baru yang selalu bertentangan dengan doktrin Almanusiabiah. Mendasarkan ajarannya di atas dasar selain Almanusiab yang adalah Firman Allah. Orang itumemakai buku-buku yang dikarang oleh pendiri aliran mereka.Memberitakan Yesus yang lain dengan yang Injil beritakan. Memberitakan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran yang Almanusiabiah.

Latar Belakang  Lahirnya Teologi Kontemporer

lahir di Swiss pada tahun 1919 yang dipelopori oleh Karl Barth (1886-1968) seorang teolog muda yang juga pendeta (25 tahun) (Conn, Teologi Kontemporer, 1991:14). Eta Linnemann menyebut teologi Karl Barth ini dengan sebutan “teologi modern” atau teologi historis kritis” (1991:11). Ciri khas dari teologia ini adalah penempatan rasio/akal sebagai pusat/titik sentral(kaidah/ukuran) kebenaran. Lahirnya teologi kontemporer dilatar belakangi oleh gerakan Renaissance yang berarti “kelahiran kembali”, yaitu kelahiran kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi, suatu masa perubahan kebudayaan dan pandangan hidup dari Abad Pertengahan ke Abad Modern. Renaissance ini muncul di Italia pada abad XIV. Sambil melayangkan pikiran ke masa lampau, sarja dan seniman Renaissance sebenarnya memandang ke masa depan. Penyelidikan ilmiah dibangkitkan kembali secara bebas, kesenian dan filsafat diberi corak baru: manusialah yang ditempatkan di pusat dunia. Lambat laun, humanisme dari renaissance memusatkan perhatiannya kepada manusia. Humanisme yang pada awalnya berhubungan dengan agama akhirnya memisahkan diri karena sangat yakin akan kesanggupan manusia dan keunggulan rasio manusia.  Gerakan renaissance ini terjadi pada abad XIV-XVII, dimana 200 tahun sebelumnya filsuf renaissance asal Jerman bernama Immanuel Kant (1724-1804) telah mendengungkan kedaulatan rasio manusia. Manusia dengan rasionya dijadikan kaidah bagi segala yang ada (diillahikan). Fanatisme terhadap kedaulatan akal (rasio) makin memukau perhatian para cendikiawan pada abad XVII-XVIII yang dikenal denganh nama ENLIGHTENMENT (Pencerahan)/post reformasi. Masa pencerahan yang dimulai pada tahun 1687 ditandai dengan terbitnya karya tulis Isack Newton berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (Azas-azas Matematika Filsafat Alam) yang ditegaskan dengan pernyataan Kant bahwa “pencerahan adalah kebangmanusian manusia dari masa kanak-kanaknya”, yaitu karena manusia tidak berani menggunakan rasio secara mandiri atau lepas dari kungkungan politik dan agama. Peter Gay dalam bukunya Abad Pencerahan: Abad Besar Manusia menyebut abad pencerahan sebagai abad “Revolusi Industri atau revolusi demokrasi, revolusi ilmu, revolusi intelektual, modernisasi atau revolusi harapan yang meluap-luap.” Berikut ini dipaparkan secara ringkas filsafat-filsafat abad pencerahan yang melatar belakangi lahirnya teologi kontemporer.

RASIONALISME aliran filsafat ini dipelopori oleh Descartes. Disebut rasionalisme karena aliran ini sangat mementingkan rasio/akal bahkan mendewakan rasio, suatu kepercayaan akan rasio untuk mendapatkan kebenaran. Dalam rasio diyakini terdapat ide-ide dan melaluinya manusia dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Selanjutnya, para filosof rasionalisme menyatakan bahwa kekuatan akal pada diri manusia (sebagai kekuatan instinktif), adalah sumber dari semua ilmu/kebenaran yang hakiki. Lebih jauh lagi orang itumengatakan bahwa rasio sebagai asal-usul dari segala keberadaan. EMPIRISME Istilah ini bersal dari kata Yunani “empeiria” yang berarti “pengalaman inderawi”. Empirisme menjadikan pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Filsafat aliran ini berpegang pada pendapat bahwa setiap yang disebut kebenaran harus dapat dibuktikan secara empiris. Filsafat inilah yang melahirkan berbagai macam ilmu empiris yang didominasi dengan pemikiran Yunani yang menekankan matematika, logoika, dan metode observasi. Dengan demikian, empirisme sangat bertentangan dengan rasionalisme. Orang itumenolak ide-ide natural yang dikemukakan oleh filsafat aliran rasionalisme dan mengembalikan semua pengetahuan dengan semua bentuknya kepada pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong orang ituuntuk secara serius lebih memperhatikan peristiwa-peristiwa nyata. 

MATERIALISME filsafat ini menganggap seluruh alam semesta adalah materi/keendaan. Semua yang bukan materi sebenarnya tidak ada. Semua hanyalah materi,  baik manusia maupun alam semesta, yaitu mempunyai panjang, lebar dan tinggi. Alam semesta dipandang sebagai kesatuan material yang tak terbatas; alam, termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada, dan bahwa alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material, obyektif yang dapat diketahui oleh manusia. Menurut aliran ini, materi ada sebelum jiwa (self), dan dunia materi adalah yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.  EKSISTENSIALISME aliran ini berkisar pada wujud eksistensi manusia, yang dipelopori oleh Kierkegaard, yang tertarik pada keberadaan manusia. Wujud manusia yang dipelajari oleh filsafat eksistensialisme bukanlah esensi yang manusia rasionalkan, namun eksistensinya. Menurut Kierkegaard, eksistensi manusia bukan mengenai apakah ia tetapi apa yang ia buat untuk dirinya. Jadi eksistensi manusia adalah kesatuan dari segala keputusan dan pemilihannya.
PASAL 3
CIRI-CIRI TEOLOGI KONTEMPORER. ALIRAN TEOLOGI INI MEMPUNYAI YANG MENONJOL DALAM BERTEOLOGI

Mendewakan rasio. Secara umum, memandang rasio sebagai satu-satunya kaidah kebenaran mengakibatkan:Tergesernya Almanusiab sebagai Firman Allah yang berotoritas. Penolakan terhadap otoritas Almanusiab yang adalah Firman Allah. Rongrongan terhadap kedaulatan Allah (teologi). Agama tidak bisa melawan gerakan ini dan tertelan ke dalamnya. Para teolog terbawa arus pandangan dunia baru. Manusia dengan rasionya yang terbatas dan cacat karena dosa “diillahikan” dan sebaliknya Allah yang illahi direndahkan. Manusia menyangkali berita Almanusiab (Maz. 8:6) dan memandang diri lebih tinggi posisinya daripada Allah. Sikap “mengillahikan” rasio manusia dipandang Francis Schaeffer sebagai pemisahan alam dari Allah. “Bilamana alam diberi kedaulatan, ia mulai menelan anugerah. Pada puncak Renaissance, alam telah menelan habis anugerah yang berbuahkan kebinasaan.
Kaum intelektual semakin memperlihatkan sikap deis dan atheis. Contoh. Isaac Newton (1642-1727) seorang ahli matematika asal Inggris yang lahir di hari natal, dalam penelitiannya terhadap planet-planet ruang angkasa menyimpulkan: “Allah disamakan dengan ruang angkasa raya. Maka lahirlah buah pikiran mengenai Allah yang mengisi lubang-lubang (yaitu hal-hal yang belum diketahui). Searah dengan Newton, G. W. Leibniz (1646-1716) seorang sarjana asal Jerman yang ahli di bidang sejarah, hukum, bahasa, matematika, teologi dan filsafat, mengemukakan bahwa: “Allah yang mahasempurna, pasti tidak menciptakan suatu dunia yang tak sempurna dan selalu perlu diperbaiki”. Dalam pemikiran Newton dan Leibniz terdapat unsur pemikiran yang kuat bahwa Allah sebagai tukan arloji illahi, artinya Allah menciptakan dan menyetel alam semesta, kemudian ia mengundurkan diri untuk memandang hasil karyanya dari jauh (tidak ikut campur tangan dengan segala kejadian di dunia). John Locke (1632-1704), filsuf asal Inggris mengatakan  bahwa: “manusia memiliki pengetahuan akan adanya diri manusia dari intuisi manusia; akan adanya Allah dari pembuktian dan akan hal-hal yang lain dari pengalaman panca indera (Heuken, Agama dan Ilmu-ilmu Pengetahuan, tt : 48, 50). Contoh ketiga pandangan tersebut memperlihatkan pemahaman deis dan atheis, yang menjadi fondasi dan cirri khas yang dasar dan alam pemikiran teologi kontemporer dalam perjalanan hidupnya.
Lahirnya berbagai “isme” yang berpengaruh sangat kuat dalam perkembangan teologi kontemporer. Historisme, menekankan bahwa tolok ukur histories yang selama ini dipandang akurat dan obyektif harus diuji ulang sejak hadirnya pencerahan. Akhirnya, antara yang historis dan yang diimani dalam Almanusiab harus dipersoalkan ulang. Saintisisme, sejak Galileo, para ilmuwan  berhasil mempromosikan kehebatan ilmu pengetahuan sebagai jawaban yang paling solid terhadap semua misteri kosmos makro-mikro kosmos, maka kisah penciptaan (Kej. 1, 2) ditolak. Kritisisme, studi tentang naskah-naskah dari abad pertengahan yang diakui asli, ternyata tidak benar oleh pemikiran modern. Karena itu para ahli berusaha mencari naskah asli berdasarkan metode ilmiah (histories kritis), termasuk semua dukumen masa lampau harus diperiksa dengan teliti (keasliannya, keakuratannya, faktualitasnya). Dalam hal ini PL dan PB harus dikritik dengan metode kritik tinggi. Rasionalisme, deisme yang berakar pada filsafat kafir merupakan pelopor teologi yang mendaulatkan rasio sebagai kaidah kebenaran termasuk kebenaran agamawi. Walaupun para pemikir (teolog) percaya pada Allah, rasio tetap sebagai primadona ilmu pengetahuan, etika, estetika, kecantikan, agama. Semua unsure yang tidak rasional harus dibuang dari arena kepercayaan. Toleranisme. Menyusul penemuan Columbus (benua Amerika), para ahli dibarat menyatakan  bahwa dunia ini kaya dengan “kebudayaan dan agama”. Contoh: Gotthold Lessing dengan dramanya “Nathan the wise” (1977) memproklamirkan bahwa “tidak ada satu agamapun yang memiliki kebenaran mutlak termasuk agama Kristen.” Optimisme. Pencerahan tidak mengakui dosa asal. Dosa dianggap sebagai suatu peristiwa psikologis dan khayalan belaka. Agama merupakan neurosis umum yang selalu mengganggu pikiran manusia (baca pandangan Freud dalam buku Heuken, Agama dan Ilmu-ilmu Pengetahuan, tt : 127-129). Ajaran yang menekankan penderitaan salib harus diganti dengan pemikiran dan ajaran yang positif, optimis. Kantianisme. Immanuel Kant (1724-1804) boleh disebut sebagai “bapak teologi liberal” karena pemikirannya selalu menjadi acuan para teolog liberal. Ia katakan antara lain: ilmu pengetahuan telah melawan dan membisukan agama. Semua aliran teologi yang disebut teologi kontemporer adalah teologi histories Kritis, yang mendasarkan pemikiran teologianya pada keputusan bahwa Almanusiab adalah sebuah dokumen sejarah agama kuno (ditulis pada zaman pra-ilmiah). Karena itu perlu dinilai dan dikritik oleh manusia modern. Para teolog kontemporer tahu bahwa Almanusiab sangat berarti bagi gereja, namun mereka tidak rela menghargai Almanusiab sebagai Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus, inneren, dan berotoritas mutlak.

PASAL 4
KESIMPULAN
Pasal- pasal ini berusahan menjelasakan beberapa di antara perbedaan-perbeda doktrin yang sudah ada sejak abad-abad permulaan jemaat Kristen. Ada beberapa juga perbedaan berpendapat lain dari zaman sekarang, seperti antara lain ajara bahwa Almanusiab tidak mungkin salah, beberpa juga di antara pertentangan yang paling tua dan yang paling penting,yang sehingga sekarang ini tetap memecah belah orang Kristen. Permohonan penulis karyan adalah agar teologi di kembalikan sebagi ratu ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, hendak tidak pernah bosan membahas persoalan-persoalan yang utama. Nasib kekal manusia serta nasib dunia bergantung pada pengertian yang benar. Mari berusaha keras untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang apa yang di ajarkan Almanusiab benar.




[1] https:// haleluuyah.wordpress.com/bahan-theology-kontemporer.

[2] James Barr, Alkitab di Dunia Modern, Jakarta:BPK).

No comments:

Post a Comment