Yafedi Gea, S.Th STTI-Jakarta 2011-2015 |
Pasal 1
pendahuluan
Berdasarkan tentang pembahasan tentang
bagaimana untuk menjadi pemimpin yang efektif dan mempunyai visi dan misi,
banyak orang gagal untuk memimpin karena tidak ada visi. Menurut Haword
hendriks “seorang pemimpin adalah seseorang yang tahu kemana ia harus pergi,
dan mampu mengajak orang lain untuk mengikutinya.” Mari lihat seorang tokoh
pemimpin yang berhasil dalam PL Yosua untuk mencapai tanah kanaan dan biasa
mengajak orang untuk mengikutinya.Yosua merupakan kelanjutan sejarah
Pentateukh. Yosua mencatat peristiwa Israel menyeberangi Sungai Yordan memasuki
Kanaan setelah Musa wafat, dan juga penaklukan dan menetapnya kedua belas suku
Israel di Kanaan di bawah pemimpin Yosua. Karena Yosua ada ketekunan dalam
kehidupannya ini salah satu memberi dampak seorang pemimpin di dalam PL untuk
mencapai visi. Oleh sebab itu seorang pemimpin khususnya Gembala harus memiliki
kemampuan untuk mengajak jemaat memiliki iman yang benar-benar kepada Tuhan.
Dalam makalah ini penulis
membahas pada pasal 1 yaitu pendahuluan, pasal 2. Latar
belakang kepemimpinan Yosua, dan pasal 3. Kepemimpinan Yosua, pasal 4 kesimpulan, oleh karena itu dalam penulisan karya ilmiah ini,
sipenulis menyadari banyak hal kekurangan baik segi pengetikan dan bahasa maupun dari segi isinya. Oleh sebab itu
penulis sangat mengaharapkan kritik dan sasaran yang membangun agar makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Pasal 2
latar belakang kepemimpinan Yosua
Orang percaya Yosua merupakan kelanjutan sejarah
Pentateukh. Orang percaya Yosua mencatat peristiwa Israel menyeberangi Sungai
Yordan memasuki Kanaan setelah Musa wafat, dan juga penaklukan dan menetapnya
kedua belas suku Israel di Kanaan di bawah pemimpin Yosua. Tanggal untuk
masuknya Israel ke Kanaan adalah seorang percayar tahun 1405 SM. Orang percaya
ini meliput 25-30 tahun selanjutnya dalam sejarah Israel, mengisahkan bagaimana
Allah memberikan kepada Israel "negeri yang dijanjikan-Nya dengan
bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka" (Yos 21:43).
Sudah sepantasnya, orang percaya ini dinamakan menurut
tokoh utama yang memainkan peranan utama selaku pemimpin yang ditetapkan Allah
sepanjang orang percaya ini. Sejarah pribadi Yosua mempersiapkannya dengan baik
untuk menjadi pemimpin penaklukan. Yosua yang hidup pada akhir masa penindasan
Israel di Mesir menyaksikan kesepuluh tulah hukuman, Paskah pertama,
penyeberangan ajaib Laut Merah, dan tanda-tanda (dan hukuman-hukuman) adikodrati
sepanjang perjalanan Israel di padang gurun. Ia menjadi panglima perang di
bawah Musa dalam perang melawan suku Amalek tidak lama sesudah meninggalkan
Mesir (Kel 17:8-16), dan hanya ia sendiri yang menyertai Musa naik ke Gunung Sinai ketika
Allah memberikan Kesepuluh Hukum (Kel 24:12-18). Sebagai pembantu Musa, Yosua menunjukkan suatu pengabdian dan kasih yang
mendalam kepada Allah dengan sering kali berada di hadapan Allah untuk jangka
waktu yang lama (Kel 33:11), dialah orang yang sangat menghargai kehadiran Allah yang kudus. Ia pasti
belajar banyak dari Musa, penasihat dan pembimbingnya yang dipercayai, tentang
cara-cara Allah dan kesulitan menuntun umat itu. Di Kadesy Yosua menjadi salah
seorang dari dua belas mata-mata yang mengintai negeri Kanaan. Bersama Kaleb,
ia dengan gigih menolak laporan ketidakpercayaan sepuluh mata-mata yang lain (Bil 14:1-45). Bertahun-tahun sebelum menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel, Yosua
sudah menunjukkan bahwa ia seorang yang beriman, bervisi, memiliki keberanian,
setia, taat dengan sungguh-sungguh, tekun berdoa, dan mengabdi kepada Allah dan
firman-Nya. Pada saat ia dipilih sebagai pengganti Musa, ia merupakan orang
yang "penuh Roh" (Bil 27:18; bd. Ul 34:9).
Arti nama Yosua
adalah penyelamat atau pembebas. Ia diberi tanggung jawab sebagai pemimpin sama
seperti Musa. Musa telah mempersiapkan Yosua menjadi pemimpin dengan beragam
pembelajaran tentang kepemimpinan, ketaatan, dan iman kepada Tuhan. Tuhan
memandang kualitas kepemimpinan Yosua dapat dipakai untuk menjalankan visi
Tuhan bagi masa depan bangsa Israel di tanah Kanaan. Sebagai pemimpin, Yosua
memiliki iman yang kuat kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan
musuh. Seperti pengalamannya menyaksikan kuasa Tuhan saat mengeringkan Laut Merah
(Yosua 4: 23-24).
Sejak
Tuhan memerintahkan hal itu kepadanya, Yosua tetap taat kepada Tuhan. Sepanjang
kitab Yosua dituliskan, terlihat jelas bagaimana Tuhan terkoneksi dengan Yosua
dan mengarahkannya dalam bertindak dan mengambil keputusan. Apa saja yang
dimiliki oleh seorang Yosua,hingga ia dapat menjadi salah satu pemimpin yang
patut diteladani diantara tokoh Alkitab lainnya? Hidup taat dan beriman
tidaklah cukup untuk menjadi seorang pemimpin sejati seperti Yosua. Sehingga
diperlukan aspek lain yang membentuknya sedemikian rupa[1].
Pengaruh
Seorang pemimpin sepatutnya harus mampu
berpengaruh bagi orang lain. Dalam kasus Yosua, sebagai pemimpin ia dikenal
pada awalnya kurang berpengaruh. Ia masih hanya terfokus pada sukunya saja,
sehingga ia belum mampu mempengaruhi bangsa Israel. Pemimpin sejati selalu
menggunakan pengaruhnya untuk membawa perubahan positif dan memimpin para
pengikutnya pada jalan yang benar untuk mencapai tujuan.
Tanggung
jawab
Pemimpin
yang mampu memberi pengaruh, akan cenderung lebih mementingkan kepentingan
orang lain dibanding dengan kepentingannya sendiri. Kesadaran memiliki untuk
memenuhi kepentingan orang lain ini disebut dengan tanggung jawab. Yosua sudah
menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab terhadap bangsanya. Ia memotivasi
bangsnaya untuk melakukan apa yang benar demi kepentingan semua orang.
Teladan
Sebagai
pemimpin, Yosua tidak saja hidup benar dan beriman kepada Tuhan, namun ia
membuktikan diri sebagai pemimpin yang diteladani. Teladan hidupnya tampak dengan membangun
hubungan yang intim dengan Tuhan lewat kebiasaan doa, ketaatan yang penuh, iman
yang bertumbuh, komitmen yang selalu dipegang teguh dan jalinan kemitraan yang
kuat dengan Tuhan. Tak dimungkiri bangsa Israel yang berkeras dan tak
menganggap Yosua sebagai pemimpin, pada akhirnya dengan jelas mengaku takut
atas kuasa yang dilakukan Tuhan melaluinya (Yosua 4: 14). Menjadi pemimpin
bukan bicara soal kekuatan sendiri dan kepentingan sendiri, namun bicara soal
panggilan dan visi Tuhan bagi kebaikan orang lain.
Pasal 3
MEMAHAMI KEPEMIMPINAN YOSUA
Yosua dipilih oleh Allah sebagai pemimpin
bangsa Israel untuk menggantikan Nabi Musa setelah Musa wafat. Yosua terpilih
karena Musa melihat kapasitas kepemimpinan yang dimiliki Yosua. Namun yang
lebih penting adalah Musa melihat keluhuran budi Yosua yang setia dan tulus
ikhlas kepada Allah. Sebagai pemimpin berikutnya (the next leader)
tentu memiliki tugas berat. Pertama, setiap anggota warganya pasti sudah
memiliki gambaran pembanding antara sang Pemimpin Besar dengan pemimpin
pengganti. Mereka akan mencari kelemahan The Next Leader dibandingkan dengan Sang Pemimpin Besar.
Mereka tentu ingin pemimpin mereka memiliki kapasitas yang paling tidak
mendekati pemimpin sebelumnya. Kapasitas tersebut bukan hanya dalam hal
kemampuan teknis namun juga kemampuan manajerial. Jika mereka melihat satu saja
kelemahan dari The Next Leader
tentu akan memporak-porandakan semuanya. Beberapa pemberontakan telah terjadi
namun berhasil dipadamkan oleh Yosua.
Tugas berat berikutnya adalah menata kemampuan
strategi. Yosua harus selalu memperbaharui visi sebagai tujuan yang harus
dicapai. Setelah itu ditetapkan beberapa sasaran antara. Sasaran-sasaran antara
yang ini harus selalu dikomunikasikan kepada setiap anggota warganya. Yosua
telah melakukan hal tersebut. Bahkan setelah tujuan akhir tercapai, yakni
keduabelas suku telah ditempatkan dan kedamaian telah diperoleh di seantero
negeri, Yosua memperbaharui visi dengan membuat pembaharuan perjanjian di
Sikhom. Yosua berhasil melaksanakan tugas semua itu. Hal yang sama juga telah
dilakukan Suharto
“di jaman Orde Baru. Visi untuk
mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur dicanangkan oleh Founding Father’s dilanjutkan
dengan Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan yang tertuang dalam Garis
Besar Haluan Negara.”[2]
Apa yang menjadi resep rahasia (The Secret Recipe’s) dari Yosua?
Bagaimana dia mampu melakukan tugas yang diberikan Allah kepadanya? Ternyata
ada lima rahasia Yosua yang disampaikan oleh Allah sendiri kepadanya, yakni
Bersiap Sekarang, Kuatkan dan Teguhkan Hati, Bertindaklah Hati-hati, Renungkan
Firman Allah serta Jangan Kecut dan Tawar Hati.
Bersiaplah Sekarang
Hambaku Musa telah mati, sebab
itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini(Yosua 1:2). Tujuannya jelas, seberangilah sungai Yordan ini.
Instruksinya lebih jelas, bersiaplah sekarang. Dalam pasal-pasal selanjutnya,
diuraikan mengenai langkah-langkah persiapan yang dilakukan oleh Yosua, seperti
membagi jumlah pasukan, menetapkan panglima, membentuk pasukan khusus, serta
mempersiapkan perbekalan. Namun intinya adalah, Bersiaplah Sekarang. Bukan
nanti, bukan besok, tapi sekarang.
Begitupula halnya dengan manusia/umatNya.
Tujuan sudah dicanangkan oleh Allah untuk menyeberangi sungai Yordan. Seperti
Yosua, manusia juga harus membuat serangkaian persiapan. Sebagai Laskar Kristus
manusia harus mempersiapkan persenjataan, kesehatan, bahkan perbekalan. Tidak
ada Laskar Kristus yang pergi berperang dalam keadaan kurus dan kelaparan. Jadi
manusia harus membuat persiapan sekarang juga.
Kuatkan dan Teguhkan HatiMU
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
sebab engkaulah yang memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan (Yosua 1:6).” Maju berperang itu menakutkan, bahaya kematian
mengancam dimuka. Cacat tubuh atau terluka mungkin risiko yang teringan.
Sebagai pemimpin yang berdiri paling muka tentu akan mudah menjadi sasaran
tembak musuh. Belum lagi risiko kehilangan anak buah dan rakyat yang tidak
berdosa. Pesan Tuhan kepada Yosua sederhana, kuatkan dan teguhkanlah hatimu sebab
engkaulah pemimpin. Yosua menguatkan dan meneguhkan hatinya dengan fokus pada
tujuan yang telah ditetapkan, yakni memiliki negeri yang dijanjikan Tuhan. Pesan
tersebut ternyata relevan dengan posisi manusia. Saat menghadapi risiko yang
menghadang di depan saat orang percaya berjalan menuju yang dijanjikan, manusia
harus menguatkan dan meneguhkan hati. Bayangan akan risiko tersebut akan hilang
bila manusia mau menguatkan dan meneguhkan hati orang percaya dengan fokus
kepada tujuan. Tujuan orang percaya adalah memiliki negeri yang dijanjikan
Tuhan kepada umatNya yang dikasihi.
Bertindaklah Hati-hati
Bertindaklah hati-hati sesuai
dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba Ku Musa,
janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung kemanapun
juga engkau pergi (Yosua 1:7).” Dalam peperangan, bahaya maut selalu
mengancam. Setiap saat orang percaya dapat menjadi sasaran tembak. Pesan Allah
kepada Yosua untuk bertindak hati-hati sungguh tepat. Yosua tidak boleh
gegabah, sembrono, ceroboh. Semua keputusan harus diambil dengan pertimbangan
yang matang. Lantas apa kriteria yang harus diambil dalam proses pengambilan
keputusan tersebut. Tuhan sudah menetapkan bahwa kriterianya hanyalah
hukum-hukum Musa. Tujuan sudah ditetapkan, kriteria sebagai pedoman pengelolaan
juga sudah ada. Karena Yosua setia pada Allah, maka Yosua tidak pernah
menyimpang kekanan atau kekiri. Dengan demikian, keberuntungan selalu menyertai
Yosua kemanapun Yosua pergi. Sehubungan dengan hal tersebut, orang percaya juga
harus selalu bertindak hati-hati. Bila orang percaya menjadi pemimpin, terlebih
pemimpin di pemerintahan, orang percaya mudah menjadi sasaran tembak pers dan
oposisi. Mereka mencari-cari penyimpangan yang orang percaya lakukan. Agar orang
percaya tidak menyimpang kekanan atau kekiri maka orang percaya harus selalu
berpegang pada Firman Allah dalam setiap tindakan dan dalam proses pengambilan
keputusan.
PASAL 4
KESIMPULAN
Sesungguhnya seorang pemimpin dia harus
mengetahui tentang kepemimpinan yang kreatif dan punya visi dan misi mencapai
tujuan masa depan yang akan datang. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan
yang tinggi idealisme, dan mampu menarik seseorang mengikuti dia. Sehingga
menciptakan pengarh yang didalam kehidupan umatnya dan begitu pula Yosua untuk
memimpin bangsa Israel keluar dari tanah mesir, walaupun hanya dua orang yang
mencapai tanah kanaan yaitu Yosua kaleb karena dua orang ini siap untu
menghadapi masalah dan cobaan. Oleh sebab itu mari seorang pemimpin orang Kristen
jangan pernah menyerah lihat dalam tokoh Alkitab Perjanjian Lama yaitu “Yosua”
ia mempuyai mimpih, dan visi misi untuk memimpin bangsa Israel karena dia
tekun, tidak pernah menyerah, memiliki keberanian untuk melangkah bersama Tuhan
“IMMANEL” Amin.
No comments:
Post a Comment